Selasa, 15 Oktober 2013

DHF/DBD



PEMBAHASAN
STRUKTUR DAN FUNGSI HEMATOLOGI
A.      Pengertian Hematologi
Ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskul.
B.       Darah
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan bagian penting dari system transport karena darah mengalir keseluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh kita.Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.
Karakteristik fisik darah meliputi:
§  Viskositas atau kekentalan darah 4,5-5,5
§  Temperature 38 C
§  PH 7,37- 7,45
§  Salinitas 0,9%
§  Berat 8 % dari berat badan
§  Volume 5-6 liter (pria) 4-5 liter (wanita)
Darah selamanya beredar didalam tubuh, oleh karena adanya atau pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus
a.     Fungsi darah
1.             Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
2.             Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus keseluruh tubuh.
3.             Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4.             Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit,antibodi, dan subtansi protektif lainnya.
5.             Mengangkut ekskresi hormon dari organ satu ke organ lainnya.
6.             Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7.             Mengatur suhu tubuh.
8.             Mengatur keseimbangan tekanan osmotik
9.             Mengatur keseimbangan asam basa tubuh serta ion-ion dalam tubuh

b.   Tempat Pembentukan Sel Darah
1.        Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa.
2.        Dari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3 tahap, yaitu:
a.       Pembentukan di saccus vitellinus
b.      Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa
c.       Pembentukan di sumsum tulang
3.        Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik 
4.        Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsumtulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang
5.        Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang jugadibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan lien
6.        Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis
7.         Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun
8.        Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum, tulang iga dan ileum
9.        75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan hanya 25% menghasilkan eritrosit
10.    Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan erotrosit hanya 120 hari

C.      Komponen Darah

1. TROMBOSIT
Trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit.
Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam prosespembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis.
Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil darieritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis. trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kesil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. 
Trombosit berjumlah 250.000 samapai 4000.000 per milimeterkibik. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berhasal dari megakariosit dalam sumsum tulang.

·         Struktur
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasian darah.
·         Fungsi
Trombosit berfungsi dalam hemostasis ( penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek.
Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah:
1.      Vasokontriksi pembuluh darah
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepaskan serotonoi dan tromboksan A2 (prostagladin), yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah berkontraksi. Hal ini pad awalnya akan mengurangi darah yang hilang
2.      Sumbatan trombosit
a.    Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan trombosit
b.    Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk membentuk sumbat
- Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu menghentikan perdarahan
-          Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat mengurangi perdarahan,sampai proses pembekuan terbentuk

3.      Pembekuan darah.
Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin aktivator. Protrombin aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dengan bantuan ion kalsium. Fibri berjalan dalam segala arah dan menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk bekuan darah. Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme 
a.       Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh darah, akan melepas tromboplastin (membran lipoprotein),yang akan mengaktivasi protrombin aktivator
b.      Mekanisme intrinsik. Untuk mengaktivasi protrombin melibatkan 13 faktor pembekuan, yang hanya ditemukan dalam darah.

4.      Pembentukan jaringan ikat.
Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk menutup luka secara permanen.

5.      Penguraian bekuan darah 
Segera setelah terbentuk bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permukaan yang terpotong agar saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan. Bersamaan dengan retraksi bekuan,suatu cairan yang disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan. Sumber faktor-faktor pembekuan:
a.       Hati, mensintesis sebagian besar faktor pembekuan,sehingga berperan paling penting dalam pembekuan darah. Penyakit hati yang menggangu sintesis hati dapat menimbulkan kesulitan pembekuan.
b.      Vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainya dalam hati. Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garam empedu yang diprodusi hati. Sumbatan pada saluran empedu maka kemapuan untuk membenuk bekuan akan berkurang.

Pencegahan terjadinya bekuan pada pembuluh yang tidak cedera.
1.      Antikoagulan, antitrombin dan heparin yang ada dalam sirkulasi darah menghalangi pembekuan. Heparin yang disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin. Antitrombin kemudian menghalangi kerja trombin terhadap fibrinogen.
2.      Lapiasan endotel halus pada pembekuan darah menolak trombosit dan faktor-faktor koagulasi
3.      Protasiklin adalah sejenis prostagladin yang menghambat agresi trombisit 

Abnormalitas pembekuan
Bekuan yang abnormal disebut trombus. Trombus yang terlepas dan ikut dalam aliran darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyubat aliran darah.
a.       Pembuluh dengan permuakaan kasar akibat plak-plak kolestrol (arterosklerosis), mungkin akan menangkap trombosit untuk mulai pembekuan.
b.    Aliaran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliaran darah menurun setara dengan immobilitas,maka pasien tirah baring lama harus sering digerakan atau bergerak
§  Trombositopenia adalah suatu kondisi di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal dalam darah yang bersirkulasi. Ini akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil diseluruh tubuh.
§  Hemofilia adalah gangguan yang berkaitan dengan heriditer ( keturunan) akibat tidak adanya beberapa faktor pembekuan.
§  Faktor Pembekuan Darah
I.                                        Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia
II.                                   Protrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
III.                              Tromboplastin koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
IV.             Ion Kalsium sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah
V.                 Proakselerin (faktor labil) sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
VI.             (tidak dipakai lagi) fungsinya sama dengan faktor V
VII.          Prokonvertin (akselerator konversi serum protrombin) sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
VIII.       Faktor Antihemophilic sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
IX.             Plasma thromboplastin (faktor Christmas) sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
X.                Faktor Stuart-Prower. sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
XI.             Antecedent Tromboplastin Plasma yang di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C
XII.          Faktor Hageman faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
XIII.       Faktor penstabilan fibrin sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

2.      PLASMA DARAH
Terdiri dari air dan protein darah Þ Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen).
Zat antibodi adalah senyawa Gama Þ Globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
1.      Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin.
2.      Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin.
3.      Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin.
Contohnya adalah sifat golongan darah (Blood Groups). Yang umum adalah penentuan cara ABO (ABO System) Þ oleh Landsteiner. Aglutinogen = antigen ; aglutinin = antibodi.  Jika aglutinogen dan aglutinin yang “sesuai” bercampur = Reaksi Aglutinasi.
§  Donor Universal: golongan darah yang dapat memberikan darahnya pada semua jenis golongan darah yang lain= Golongan Darah O.
§  Resipien Universal: golongan darah yang dapat memberikan darah dari semua jcnis golongan darah yang lain= Golongan Darah AB.
§  Sistem golongan darah yang lain adalah Sistem Rhesus yang dikemukakan oleh Landsteiner. Nama Rhesus diambil dari sejenis kera Macacca rhesus (di India). Prinsipnya adalah terdapatnya antibodi terhadap antigen D (anti-D).
§  Sistem rhesus mengenal dua jenis golongan darah yaitu:
1. Rhesus POSITIF
2. Rhesus NEGATIF (diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-)
§  Eritroblastosis Foetalis adalah kelainan pada bayi di mana telah terjadi ketidaksesuaian faktor rhesus (bayi Rh + dan ibu Rh -). Gejala penyakit ini adalah Ikterik ditemukan oleh Levine.
§  Pertolongan pada bayi tersebut adalah dengan cara Transfusi Eksanguinasi (Exchange Transfussion).

3.      ERITROSIT
Sel darah meraheritrosit  (bahasa Inggrisred blood cell (RBC), erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel).

Jumlah Normal :
·       Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
·       Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
·       Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
·       Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
·       Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
·       Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
·      Struktur Eritrosit
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.


·      Pembentukan Eritrosit
Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah.
Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan banyak darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan seperti ini dapat mengganggu pembentukan eritrosit.

·         Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.

·         Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.

·                  Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis)
Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Sel induk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensia lmenjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang kompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit, granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjaditrombosit.Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zatbesi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks.
Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat. Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan mengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau kurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia

·         Haemoglobin
Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya. Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empatpirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptidapanjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda,bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida.

·                  Katabolisme hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringanlain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu.
·                  Hematokrit
Hematokrit adalah presentase volume darah total yang mengandung eritrosit. Presentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi kerapatan sel pada bagian dasar tabung.
a.          Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42-54% dan pada perempuan 38-48%.
b.         Hematokrit dapat bertambah dan berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit atau faktor-faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan yang hilang.










DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A.    DEFINISI

 Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditandai dengan demam mendadak tinggi, terus-menerus sepanjang hari ditandai dengan perdarahan spontan (haemorrhagic diathesis) dan kecenderungan terjadi shock yang dapat berakibat fatal  (WHO, 1986).

            Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
B.     ETIOLOGI
    1. Virus dengue
      Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe DEN-1,DEN-2, DEN-3 dan DEN- 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
b. Vektor
            Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
c.  Host
            Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. 

C.    PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau batuk, bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, homokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih dari 20%) menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi terjadi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar