PEMBAHASAN
STRUKTUR DAN FUNGSI HEMATOLOGI
A.
Pengertian
Hematologi
Ilmu
yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah. Darah
merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian
korpuskul.
B.
Darah
Darah
merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah
berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan bagian
penting dari system transport karena darah mengalir keseluruh tubuh kita dan
berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh kita.Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah
diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.
Karakteristik fisik darah meliputi:
§ Viskositas atau kekentalan darah 4,5-5,5
§
Temperature 38 C
§
PH 7,37- 7,45
§ Salinitas 0,9%
§ Berat 8 % dari berat badan
§ Volume 5-6 liter (pria) 4-5 liter
(wanita)
Darah selamanya
beredar didalam tubuh, oleh karena adanya
atau pompa jantung. Selama darah berada dalam pembuluh maka akan tetap encer,
tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan
ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah tersebut sedikit obat
anti pembekuan atau sitras natrikus
a. Fungsi darah
1.
Mengangkut O2 dari
paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
2.
Mengangkut sari makanan
yang diserap dari usus halus keseluruh tubuh.
3.
Mengangkut sisa
metabolisme menuju alat ekskresi.
4.
Berhubungan dengan
kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit,antibodi, dan subtansi
protektif lainnya.
5.
Mengangkut ekskresi
hormon dari organ satu ke organ lainnya.
6.
Mengatur keseimbangan
air dalam tubuh.
7.
Mengatur suhu tubuh.
8.
Mengatur keseimbangan
tekanan osmotik
9.
Mengatur keseimbangan asam basa tubuh
serta ion-ion dalam tubuh
b. Tempat Pembentukan Sel Darah
1.
Pembentukan
sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada
hati dan sebagian kecil pada limpa.
2.
Dari
kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam
3 tahap, yaitu:
a.
Pembentukan
di saccus vitellinus
b.
Pembentukan
di hati, kelenjar limfe, dan limpa
c.
Pembentukan
di sumsum tulang
3.
Pembentukan
sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa
embrionik
4.
Dengan
bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada
sumsumtulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang
5.
Sesudah
lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang
jugadibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan lien
6.
Selanjutnya
pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang
mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis
7.
Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua
tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi sumsum tulang dari
tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi
membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun
8.
Setelah
usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum,
tulang iga dan ileum
9.
75%
sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan hanya 25%
menghasilkan eritrosit
10.
Jumlah
eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini
disebabkan oleh karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya
beberapa hari) sedangkan erotrosit hanya 120 hari
C.
Komponen Darah
1. TROMBOSIT
Trombosit adalah
sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan
dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari megakariosit.
Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam prosespembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³, nilai
dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis.
Trombosit memiliki bentuk yang tidak
teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil darieritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Keping darah tersirkulasi
dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang
menimbulkan pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang
sedikit dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat
meningkatkan risiko trombosis. trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur,
tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kesil dari eritrosit dan
leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Trombosit berjumlah 250.000 samapai
4000.000 per milimeterkibik. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus
yang berhasal dari megakariosit dalam sumsum tulang.
·
Struktur
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran
sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung
berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasian darah.
·
Fungsi
Trombosit berfungsi dalam hemostasis (
penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek.
Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah:
1.
Vasokontriksi pembuluh darah
Jika pembuluh darah
terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepaskan serotonoi dan tromboksan
A2 (prostagladin), yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah
berkontraksi. Hal ini pad awalnya akan mengurangi darah yang hilang
2.
Sumbatan trombosit
a.
Trombosit membengkak,
menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding pembuluh darah yang
rusak, membentuk sumbatan trombosit
b.
Trombosit melepaskan ADP
untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga mengakibatkan agregasi trombosit
untuk membentuk sumbat
- Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu menghentikan perdarahan
- Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu menghentikan perdarahan
-
Jika kerusakannya besar,
maka kerusakan trombosit dapat mengurangi perdarahan,sampai proses pembekuan
terbentuk
3.
Pembekuan darah.
Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin aktivator.
Protrombin aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin dengan
bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah fibrinogen
menjadi fibrin dengan bantuan ion kalsium. Fibri berjalan dalam segala arah dan
menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk bekuan darah.
Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme
a.
Mekanisme ekstrisik.
Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri.
Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh darah, akan melepas tromboplastin
(membran lipoprotein),yang akan mengaktivasi protrombin aktivator
b.
Mekanisme intrinsik. Untuk
mengaktivasi protrombin melibatkan 13 faktor pembekuan, yang hanya ditemukan
dalam darah.
4.
Pembentukan jaringan ikat.
Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam
bekuan darah untuk menutup luka secara permanen.
5.
Penguraian bekuan darah
Segera setelah terbentuk bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja
protein kontraktil dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk
menarik permukaan yang terpotong agar saling mendekat dan untuk menyediakan
kerangka kerja untuk perbaikan jaringan. Bersamaan dengan retraksi bekuan,suatu
cairan yang disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa
fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan.
Sumber faktor-faktor pembekuan:
a.
Hati, mensintesis
sebagian besar faktor pembekuan,sehingga berperan paling penting dalam
pembekuan darah. Penyakit hati yang menggangu sintesis hati dapat menimbulkan
kesulitan pembekuan.
b.
Vitamin K, sangat
penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainya dalam hati.
Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garam empedu yang diprodusi
hati. Sumbatan pada saluran empedu maka kemapuan untuk membenuk bekuan akan
berkurang.
Pencegahan terjadinya bekuan pada pembuluh yang tidak cedera.
1.
Antikoagulan, antitrombin
dan heparin yang ada dalam sirkulasi darah menghalangi pembekuan. Heparin yang
disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin. Antitrombin kemudian
menghalangi kerja trombin terhadap fibrinogen.
2.
Lapiasan endotel halus
pada pembekuan darah menolak trombosit dan faktor-faktor koagulasi
3.
Protasiklin adalah
sejenis prostagladin yang menghambat agresi trombisit
Abnormalitas pembekuan
Bekuan yang abnormal disebut trombus.
Trombus yang terlepas dan ikut dalam aliran darah disebut embolus. Kedua jenis
bekuan ini dapat menyubat aliran darah.
a.
Pembuluh dengan permuakaan kasar
akibat plak-plak kolestrol (arterosklerosis), mungkin akan menangkap trombosit
untuk mulai pembekuan.
b.
Aliaran darah yang lambat
memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliaran darah menurun
setara dengan immobilitas,maka pasien tirah baring lama harus sering digerakan
atau bergerak
§
Trombositopenia adalah suatu kondisi
di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal dalam darah yang
bersirkulasi. Ini akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko
terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil diseluruh tubuh.
§
Hemofilia adalah gangguan yang
berkaitan dengan heriditer ( keturunan) akibat tidak adanya beberapa faktor
pembekuan.
§
Faktor Pembekuan Darah
I.
Fibrinogen: sebuah faktor
koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin
melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah
afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia
II.
Protrombin: sebuah faktor koagulasi yang
merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa)
oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan.
Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
III.
Tromboplastin koagulasi faktor yang berasal dari
beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan
Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang
mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor
jaringan.
IV.
Ion Kalsium sebuah faktor koagulasi diperlukan
dalam berbagai fase pembekuan darah
V.
Proakselerin (faktor labil) sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam
serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan
berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat
keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
VI.
(tidak dipakai lagi) fungsinya sama dengan faktor V
VII.
Prokonvertin (akselerator konversi serum
protrombin) sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan berpartisipasi dalam
Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan
bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor
Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan
dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut
juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
VIII. Faktor Antihemophilic
sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari
koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai
kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat,
penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic A.
IX.
Plasma thromboplastin (faktor Christmas) sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah
aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga
faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
X.
Faktor Stuart-Prower. sebuah
faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik
intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur
umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium,
fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah
dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat
menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk
yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
XI.
Antecedent Tromboplastin Plasma yang
di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari
koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan
faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C
XII.
Faktor Hageman faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai
jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor
ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
XIII. Faktor
penstabilan fibrin sebuah
faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka
menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk
membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan
seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk
yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.
2.
PLASMA DARAH
Terdiri dari air dan protein darah Þ Albumin, Globulin dan Fibrinogen.
Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein
dalam serum inilah yang bertindak sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing
(Antigen).
Zat antibodi adalah senyawa Gama Þ Globulin. Tiap antibodi bersifat
spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
1.
Antibodi yang dapat
menggumpalkan antigen = Presipitin.
2.
Antibodi yang dapat
menguraikan antigen = Lisin.
3.
Antibodi yang dapat
menawarkan racun = Antitoksin.
Contohnya adalah sifat golongan darah (Blood Groups). Yang umum adalah
penentuan cara ABO (ABO System) Þ oleh Landsteiner. Aglutinogen = antigen ;
aglutinin = antibodi. Jika aglutinogen
dan aglutinin yang “sesuai” bercampur = Reaksi Aglutinasi.
§
Donor Universal:
golongan darah yang dapat memberikan darahnya pada semua jenis golongan darah yang
lain= Golongan Darah O.
§
Resipien Universal:
golongan darah yang dapat memberikan darah dari semua jcnis golongan darah yang
lain= Golongan Darah AB.
§
Sistem golongan darah
yang lain adalah Sistem Rhesus yang dikemukakan oleh Landsteiner. Nama Rhesus
diambil dari sejenis kera Macacca rhesus (di India). Prinsipnya adalah
terdapatnya antibodi terhadap antigen D (anti-D).
§
Sistem rhesus mengenal
dua jenis golongan darah yaitu:
1. Rhesus POSITIF
1. Rhesus POSITIF
2. Rhesus NEGATIF
(diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-)
§
Eritroblastosis Foetalis
adalah kelainan pada bayi di mana telah terjadi ketidaksesuaian faktor rhesus
(bayi Rh + dan ibu Rh -). Gejala penyakit ini adalah Ikterik ditemukan oleh
Levine.
§
Pertolongan pada bayi
tersebut adalah dengan cara Transfusi Eksanguinasi (Exchange Transfussion).
3.
ERITROSIT
Sel darah merah, eritrosit
(bahasa
Inggris: red blood cell (RBC),
erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan
bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit
terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang
unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel
darah merah dibuat di sumsum
tulang belakang, lalu membentuk
kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos
yang berarti selubung/sel).
Jumlah Normal :
·
Dewasa laki-laki : 4.50
– 6.50 (x106/μL)
·
Dewasa perempuan : 3.80
– 4.80 (x106/μL)
·
Bayi baru lahir : 4.30 –
6.30 (x106/μL)
·
Anak usia 1-3 tahun :
3.60 – 5.20 (x106/μL)
·
Anak usia 4-5 tahun :
3.70 – 5.70 (x106/μL)
·
Anak usia 6-10 tahun :
3.80 – 5.80 (x106/μL)
·
Struktur Eritrosit
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5
uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna
merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
·
Pembentukan Eritrosit
Eritrosit dibentuk dalam
sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka, dan di
dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada
awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin
terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat
pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah.
Eritrosit dalam tubuh
dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan banyak darah atau karena
penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan seperti ini dapat
mengganggu pembentukan eritrosit.
·
Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak
di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan
biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil
penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk
membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang
dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara
keseluruhan.
·
Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar
6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat
pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga
dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin,
dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap
waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria
memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki
kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang
lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih
yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya
memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai
peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh
tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5
gram besi, mewakili sekitar
65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
·
Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis)
Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk
hemopoetik (hematopoitietic cell). Sel induk yang paling primitif adalah sel induk
plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensia lmenjadi sel induk myeloid dan
sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang kompleks dan rumit akan
terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit, granulositik,
dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjaditrombosit.Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan
seperti vitamin B12, asam folat, zatbesi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk
(Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks.
Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel
darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal
dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari
sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang
diproduksi oleh ginjal.
Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi
hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat. Eritrosit
hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan
mengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum
waktunya atau kurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada
thalasemia
·
Haemoglobin
Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen
dalam sel darah merah,suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450.
Sintesis haemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan
sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan
sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk
sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya. Tahap dasar
kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang
dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk
molekul pirol. Kemudian, empatpirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX
yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme.
Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptidapanjang yang
disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub
unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil
pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda,bergantung pada susunan asam amino
di bagian polipeptida.
·
Katabolisme hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah
merah pecah, akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh
tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selama
beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang
masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang
untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringanlain untuk
disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah
olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu.
·
Hematokrit
Hematokrit adalah presentase volume darah total yang mengandung eritrosit.
Presentase ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi kerapatan sel pada
bagian dasar tabung.
a.
Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42-54% dan pada perempuan 38-48%.
b.
Hematokrit dapat bertambah dan berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit
atau faktor-faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan yang
hilang.
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan
oleh
virus dengue yang ditandai dengan demam mendadak tinggi, terus-menerus
sepanjang hari ditandai dengan perdarahan spontan (haemorrhagic diathesis)
dan kecenderungan terjadi shock yang dapat berakibat fatal (WHO, 1986).
Demam
Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian (DEPKES. RI, 1992).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie
Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
B.
ETIOLOGI
- Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe DEN-1,DEN-2, DEN-3 dan DEN- 4. Keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya
secara serologis.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
C.
PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang
terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau batuk, bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali) dan pembesaran limpa.
Peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, homokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih dari 20%)
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah
berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar